Rabu, 29 Januari 2014
ASSALAMUALAIKUM WR-WB Selamat Datang Di Blog Dayah Mulia... Blog aneuk dayah mulia.. semoga dengen blog nyoe tanyoe aneuk dayah mulia jeut tabagi-bagi informasi dan ilmu , dan bermamfaat bagi tanyoe bersama. Hidup aneuk dayah mulia. "BEST ADaM" IS THE BEST
Siapakah Lelaki Misterius Dalam Al-Qur’an?
Siapakah sebenarnya Khidir ?
Kapankah ia dilahirkan ?
Apakah ia seorang Nabi atau hanya seorang manusia yang sholeh ?
Dan, benarkah ia masih hidup hingga kini….????
Apa jawaban anda manakala mendapatkan pertanyaan beruntun seperti diatas ?
jika anda menjawabnya seorang Nabi, otomatis pertanyaan lain akan datang menghadang anda. Di zaman apakah beliau diutus ?
Atau anda menjawab beliau adalah seorang waliyullah. Secara sepontan pertanyaan lain akan siap menepisnya , “Kalau dia waliyullah adakah bukti dan tanda kewaliannya ?
itulah lelaki misterius yang ada dalam AlQur’an dan akan kita coba untuk membahasnya, dengan tidak menjadikan suatu perselisihan diantara kita .
1.Apakah beliau ( khidir ) masih hidup ?
2.Apakah beliau masih bertemu dengan manusia sekarang ?
Karena beliau disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an, maka kita membahasnya berdasarkan landasan Islam yang benar. Setiap ada fakta yang meragukan, kita wajib untuk berhati-hati, karena bisa membawa ke arah yang salah. secara pasti saya belum pernah mendengar tentang sejarah khidir , tetapi saya pernah mendapatkan berita-berita dari teman sepengajian yang mana mereka berpendapat , “khidir adalah seorang hamba yang sholeh”. Sementara yang lain berpendapat “khidir adalah Nabi, tapi bukanlah Rasul”.
Ada yg berpendapat “khidir masih hidup” , sementara yg lain berpendapat “khidir sudah wafat”. Malah ada lagi yang berpendapat “khidir adalah sebuah mitos belaka”. Pembahasan tentang khidir, memang sangat mengasyikan, selain sering disebut-sebut orang banyak ,khidir juga memiliki watak lain dari yg lain.
Biodata khidir
Terlalu banyak perselisihan pendapat tentang nama asli Khidir. Ada yang menyebutkan namanya Bulya bin Mulkan dan ada juga yang mengatakan bahwa namanya adalah lliya, Al-Mu’ammar, Urmiya, dan khadrun. Tidak hanya namanya saja yang diperselisihkan oleh orang. bahkan siapa ayah dari khidir pun tidak ada yang tahu. Ada yang menyebutkan nama ayahnya adalah Mulkan , Qabil (anak Nabi Adam as ), bahkan disebut Khidir anak Fir’aun.
Ibnu Abbas ( Shahabat Rasulullah SAW ), berkata ” beliau adalah anak lelaki dari Nabi Adam AS, yaitu dari tulang sulbinya .” Sedangkan menurut Abu Hamid As-Sajistani, ” Khidir itu anak lelaki dari Qabil bin Adam AS.” Ada lagi seorang tabi’en mengatakan bahwa keturunan Khidir ialah Sambin Nuh AS”. Pendapat yg lebih ekstrim mengatakan bahwa beliau adalah anak Fir’aun ( Raja Mesir ), yang telah membesarkan Nabi Musa AS. tapi pendapat tersebut dibantah oleh Ibnu Khatir, yaitu “hujjah ini sangat jauh menyimpang!”. Dari sekian banyak pendapat, Imam Nawawi merasa cenderung memilih Bulya bin Mulkan, untuk nama yang sebenarnya bagi Khidir. Dan nama inilah yang disepakati Jumhur Ulama.
Khidir itu hanyalah nama gelarannya. Rasulullah SAW pernah mengatakan kepada Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (no.3402) ( Abu Yahya Badrusalam ) , ” Beliau dipanggil Khidir yang memiliki arti kehijauan, karena apabila beliau bangkit dari duduknya, terlihat kesan kehijau-hijauan. Ada sekelompok mujahid yang mengatakan , ” beliau digelari sedemikian karena apabila beliau sholat, maka hijaulah segala yang ada disekelilingnya.” Sementara dalam sebuah riwayat lain diterangkan ” bahwa beliau itu memakai baju jubah dan bersorban putih.”
Mengapa Allah SWT tidak menyebutkan nama Khidir yang sebenarnya di dalam AlQur’an? dan rahasia apa yg ada dibalik ini semua?
Agar pembaca tidak menjadi semakin bingung, disini saya akan memberikan dalil-dalil yang kongkrit, bahwasanya Khidir itu adalah Nabi. Ibnu Abbas RA, berkata ” Khidir adalah seorang Nabi dan bukan seorang Rasul”. Imam Al-Qurtabi berkata , “Khidir adalah Nabi disisi Jumhur ( Ulama ).” Ayat AlQur’anlah yg telah membuktikan sedemikian. saya sendiri mengakui bahwa Khidir adalah Nabi, ini bisa dibuktikan dari kisah Nabi Musa AS yang belajar ilmu hakikat kepada lelaki yang berada diantara air laut dan air sungai. secara logika , tidak ada atau tidak mungkin Nabi belajar kepada manusia biasa ( selain Nabi ). Kalau dilihat dari segi ilmu, Khidir lebih jauh atau tinggi ilmunya dibandingkan Nabi Musa ( Surat Al-Kahfi : 65 ).
Tapi dari sekian banyak yang mengakui beliau Waliyullah, dengan alasan, ” kalau beliau seorang Nabi, siapa umatnya? Dan dijaman apakah beliau hidup ?”
Meskipun demikian ada seorang Waliyullah yang bernama Syech Muhammad Jailani Abrar Al-Qutub Al-Qaibi yang berpendapat, “Khidir itu adalah seorang Nabi , karena Khidir adalah guru dari Syech Abdul Qadir Jailani , sedangkan Syech Abdul Qadir Jailani adalah guru dari Syech Muhammad Jailani Abrar.”
Mungkin ada dari para pembaca ini yang bertanya , ” Apakah kita wajib mengimani Khidir, sedangkan kita Umat Islam, hanya wajib mengimani 25 Nabi yang sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an? Tentu saja kita tidak wajib mengimaninya dalam artian dogmatis. Dengan ketinggian ilmunya, Khidir dianggap seorang Nabi, hal ini dikatakan langsung oleh Allah SWT, bahwasanya Khidir itu paling tinggi ilmunya.
Dikisahkan pada suatu hari, Nabi Musa AS sedang memberikan khotbahnya kepada Bani Israil, dan Nabi Musa AS ditanya ” siapakah yang paling tinggi ilmunya?”. Nabi Musa AS menjawab, “Aku”. Lalu Allah SWT menegur Nabi Musa AS , karena yg paling berilmu adalah dia ( Allah SWT ), dan Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa as : “Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba yg lebih berilmu darimu, yang berada diantara dua buah laut ( laut dan sungai ).” Maka mendengar itu Nabi Musa AS sadar akan kesalahannya, dan Nabi Musa AS mohon kepada Allah SWT, agar diijinkan untuk menuntut ilmu kepadanya (Jhidir ). Lalu Nabi Musa AS pergi mencari Nabi Khidir AS, entah berapa lamanya ia mencari Nabi Khidir AS, Allah SWT akhirnya memberitahukan dimana Nabi Khidir AS berada, yaitu pertemuan dua laut,disebuah batu besar yang mempunyai mata air. Akhirnya Nabi Musa AS bertemu juga dengan Nabi Khidir AS, lalu Nabi Musa AS belajar ilmu kepada Nabi Khidir AS.
KEBERADAAN KHIDIR
Apakah Nabi Khidir AS masih hidup ? Ada sebagian orang yang menyebut dirinya pernah berjumpa dengan beliau di alam, riwayat lain dikatakan, Nabi Khidir AS itu dulunya pernah meminum air kehidupan abadi. Ibnu Abbas berkata, “Barang siapa meminum air kehidupan, ia akan hidup sampai hari kiamat”, tapi sayang, tidak disebutkan dimana letak air abadi tersebut. Diceritakan, “Apabila bangkai terkena air kehidupan tersebut maka hiduplah dia”.
Hal ini terbukti sewaktu Nabi Musa AS mencari Nabi Khidir AS, Nabi Musa AS membawa ikan yang sudah mati, sebagian riwayat mengatakan ikan asin. Entah berapa lamanya, lalu Nabi Musa AS beristirahat di sebuah batu besar, dan ternyata di situ ada air, maka Nabi Musa AS mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat, namun tanpa diduga, ikan mati yang dibawa Nabi Musa AS tadi terkena oleh air percikan wudhu Nabi Musa AS, lalu dengan seketika melompatlah ikan tadi dari kantongnya. Nabi Musa AS terkejut, berarti di sinilah Nabi Musa AS akan bertemu dengan Nabi Khidir AS.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Nabi khidir as masih hidup sampai sekarang ini , yaitu :
1.Karena dulu, saat NAbi Adam AS sebelum meninggal, akan terjadi suatu angin taufan, lalu Nabi Adam AS mewasiatkan kepada anaknya untuk membawa jasadnya ke tempat khusus.siapa yang mengurus jasadnya akan didoakan umur yang panjang, dan yang mau mengurus jasad Nabi Adam AS adalah Nabi Khidir AS.
2.Karena dulu Nabi Khidir AS itu telah meminum air kehidupan, di dalam suatu tafsir An-Nasafy menyebutkan , “bahwa Rasulullah SAW bersabda, ada seorang anak dari Sam bin Nuh AS telah meminum air kehidupan, lalu ia dapat hidup lama”. Maka pergilah Raja Zulkarnain bersama Nabi Khidir AS, untuk meminum air kehidupan. Namun yang berhasil meminumnya adalah Nabi khidir AS, sedangkan Raja Zulkarnain tidak berhasil menemui air kehidupan tsb.
3.Di dalam Kitab Shahih Muslim, Abu Said AlKudry berkata, “Telah bercerita baginda Rasulullah SAW tentang Dajjal, bahwa Dajjal datang di pinggir kota, lalu keluarlah seorang pemuda, dia adalah sebaik-baiknya manusia. Lalu pemuda itu berkata kepada Dajjal, “Aku bersaksi bahwa engkaulah Dajjal yang diceritakan kepada kami oleh Baginda Rasulullah SAW”. Di dalam Hadist itu Dajjal berkata, ” Apakah kamu percaya padaku bahwa aku adalah tuhan, sekiranya aku bunuh lelaki ini dan aku hidupkan kembali”. lalu Said berkata, “sewaktu mau dibunuh oleh Dajjal, anak ini tidak mati ( Kebal ), dialah yang bernama Khidir ” kata Abu Said Al-Qudry. Inilah Hadist Shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Jadi dari 3 faktor ini dapatlah kita jadikan petunjuk untuk membuktikan bahwa Khidir adalah seorang Nabi. Dari kisah Nabi khidir AS ini. Apakah ada yang ingin bertemu dengan beliau ? Asy-Syihk Abu Abdullah At-Tistari mengatakan bahwa barang siapa yang ingin bertemu dengan Nabi Khidir AS maka perbanyaklah pergi ke pengajian, karena sesungguhnya beliau memiliki kekayaan ilmu yang lebih daripada Ulama.
Siapakah Lelaki Misterius Dalam Al-Qur’an?
Siapakah sebenarnya Khidir ?
Kapankah ia dilahirkan ?
Apakah ia seorang Nabi atau hanya seorang manusia yang sholeh ?
Dan, benarkah ia masih hidup hingga kini….????
Apa jawaban anda manakala mendapatkan pertanyaan beruntun seperti diatas ?
jika anda menjawabnya seorang Nabi, otomatis pertanyaan lain akan datang menghadang anda. Di zaman apakah beliau diutus ?
Atau anda menjawab beliau adalah seorang waliyullah. Secara sepontan pertanyaan lain akan siap menepisnya , “Kalau dia waliyullah adakah bukti dan tanda kewaliannya ?
itulah lelaki misterius yang ada dalam AlQur’an dan akan kita coba untuk membahasnya, dengan tidak menjadikan suatu perselisihan diantara kita .
1.Apakah beliau ( khidir ) masih hidup ?
2.Apakah beliau masih bertemu dengan manusia sekarang ?
Karena beliau disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an, maka kita membahasnya berdasarkan landasan Islam yang benar. Setiap ada fakta yang meragukan, kita wajib untuk berhati-hati, karena bisa membawa ke arah yang salah. secara pasti saya belum pernah mendengar tentang sejarah khidir , tetapi saya pernah mendapatkan berita-berita dari teman sepengajian yang mana mereka berpendapat , “khidir adalah seorang hamba yang sholeh”. Sementara yang lain berpendapat “khidir adalah Nabi, tapi bukanlah Rasul”.
Ada yg berpendapat “khidir masih hidup” , sementara yg lain berpendapat “khidir sudah wafat”. Malah ada lagi yang berpendapat “khidir adalah sebuah mitos belaka”. Pembahasan tentang khidir, memang sangat mengasyikan, selain sering disebut-sebut orang banyak ,khidir juga memiliki watak lain dari yg lain.
Biodata khidir
Terlalu banyak perselisihan pendapat tentang nama asli Khidir. Ada yang menyebutkan namanya Bulya bin Mulkan dan ada juga yang mengatakan bahwa namanya adalah lliya, Al-Mu’ammar, Urmiya, dan khadrun. Tidak hanya namanya saja yang diperselisihkan oleh orang. bahkan siapa ayah dari khidir pun tidak ada yang tahu. Ada yang menyebutkan nama ayahnya adalah Mulkan , Qabil (anak Nabi Adam as ), bahkan disebut Khidir anak Fir’aun.
Ibnu Abbas ( Shahabat Rasulullah SAW ), berkata ” beliau adalah anak lelaki dari Nabi Adam AS, yaitu dari tulang sulbinya .” Sedangkan menurut Abu Hamid As-Sajistani, ” Khidir itu anak lelaki dari Qabil bin Adam AS.” Ada lagi seorang tabi’en mengatakan bahwa keturunan Khidir ialah Sambin Nuh AS”. Pendapat yg lebih ekstrim mengatakan bahwa beliau adalah anak Fir’aun ( Raja Mesir ), yang telah membesarkan Nabi Musa AS. tapi pendapat tersebut dibantah oleh Ibnu Khatir, yaitu “hujjah ini sangat jauh menyimpang!”. Dari sekian banyak pendapat, Imam Nawawi merasa cenderung memilih Bulya bin Mulkan, untuk nama yang sebenarnya bagi Khidir. Dan nama inilah yang disepakati Jumhur Ulama.
Khidir itu hanyalah nama gelarannya. Rasulullah SAW pernah mengatakan kepada Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (no.3402) ( Abu Yahya Badrusalam ) , ” Beliau dipanggil Khidir yang memiliki arti kehijauan, karena apabila beliau bangkit dari duduknya, terlihat kesan kehijau-hijauan. Ada sekelompok mujahid yang mengatakan , ” beliau digelari sedemikian karena apabila beliau sholat, maka hijaulah segala yang ada disekelilingnya.” Sementara dalam sebuah riwayat lain diterangkan ” bahwa beliau itu memakai baju jubah dan bersorban putih.”
Mengapa Allah SWT tidak menyebutkan nama Khidir yang sebenarnya di dalam AlQur’an? dan rahasia apa yg ada dibalik ini semua?
Agar pembaca tidak menjadi semakin bingung, disini saya akan memberikan dalil-dalil yang kongkrit, bahwasanya Khidir itu adalah Nabi. Ibnu Abbas RA, berkata ” Khidir adalah seorang Nabi dan bukan seorang Rasul”. Imam Al-Qurtabi berkata , “Khidir adalah Nabi disisi Jumhur ( Ulama ).” Ayat AlQur’anlah yg telah membuktikan sedemikian. saya sendiri mengakui bahwa Khidir adalah Nabi, ini bisa dibuktikan dari kisah Nabi Musa AS yang belajar ilmu hakikat kepada lelaki yang berada diantara air laut dan air sungai. secara logika , tidak ada atau tidak mungkin Nabi belajar kepada manusia biasa ( selain Nabi ). Kalau dilihat dari segi ilmu, Khidir lebih jauh atau tinggi ilmunya dibandingkan Nabi Musa ( Surat Al-Kahfi : 65 ).
Tapi dari sekian banyak yang mengakui beliau Waliyullah, dengan alasan, ” kalau beliau seorang Nabi, siapa umatnya? Dan dijaman apakah beliau hidup ?”
Meskipun demikian ada seorang Waliyullah yang bernama Syech Muhammad Jailani Abrar Al-Qutub Al-Qaibi yang berpendapat, “Khidir itu adalah seorang Nabi , karena Khidir adalah guru dari Syech Abdul Qadir Jailani , sedangkan Syech Abdul Qadir Jailani adalah guru dari Syech Muhammad Jailani Abrar.”
Mungkin ada dari para pembaca ini yang bertanya , ” Apakah kita wajib mengimani Khidir, sedangkan kita Umat Islam, hanya wajib mengimani 25 Nabi yang sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an? Tentu saja kita tidak wajib mengimaninya dalam artian dogmatis. Dengan ketinggian ilmunya, Khidir dianggap seorang Nabi, hal ini dikatakan langsung oleh Allah SWT, bahwasanya Khidir itu paling tinggi ilmunya.
Dikisahkan pada suatu hari, Nabi Musa AS sedang memberikan khotbahnya kepada Bani Israil, dan Nabi Musa AS ditanya ” siapakah yang paling tinggi ilmunya?”. Nabi Musa AS menjawab, “Aku”. Lalu Allah SWT menegur Nabi Musa AS , karena yg paling berilmu adalah dia ( Allah SWT ), dan Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa as : “Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba yg lebih berilmu darimu, yang berada diantara dua buah laut ( laut dan sungai ).” Maka mendengar itu Nabi Musa AS sadar akan kesalahannya, dan Nabi Musa AS mohon kepada Allah SWT, agar diijinkan untuk menuntut ilmu kepadanya (Jhidir ). Lalu Nabi Musa AS pergi mencari Nabi Khidir AS, entah berapa lamanya ia mencari Nabi Khidir AS, Allah SWT akhirnya memberitahukan dimana Nabi Khidir AS berada, yaitu pertemuan dua laut,disebuah batu besar yang mempunyai mata air. Akhirnya Nabi Musa AS bertemu juga dengan Nabi Khidir AS, lalu Nabi Musa AS belajar ilmu kepada Nabi Khidir AS.
KEBERADAAN KHIDIR
Apakah Nabi Khidir AS masih hidup ? Ada sebagian orang yang menyebut dirinya pernah berjumpa dengan beliau di alam, riwayat lain dikatakan, Nabi Khidir AS itu dulunya pernah meminum air kehidupan abadi. Ibnu Abbas berkata, “Barang siapa meminum air kehidupan, ia akan hidup sampai hari kiamat”, tapi sayang, tidak disebutkan dimana letak air abadi tersebut. Diceritakan, “Apabila bangkai terkena air kehidupan tersebut maka hiduplah dia”.
Hal ini terbukti sewaktu Nabi Musa AS mencari Nabi Khidir AS, Nabi Musa AS membawa ikan yang sudah mati, sebagian riwayat mengatakan ikan asin. Entah berapa lamanya, lalu Nabi Musa AS beristirahat di sebuah batu besar, dan ternyata di situ ada air, maka Nabi Musa AS mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat, namun tanpa diduga, ikan mati yang dibawa Nabi Musa AS tadi terkena oleh air percikan wudhu Nabi Musa AS, lalu dengan seketika melompatlah ikan tadi dari kantongnya. Nabi Musa AS terkejut, berarti di sinilah Nabi Musa AS akan bertemu dengan Nabi Khidir AS.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Nabi khidir as masih hidup sampai sekarang ini , yaitu :
1.Karena dulu, saat NAbi Adam AS sebelum meninggal, akan terjadi suatu angin taufan, lalu Nabi Adam AS mewasiatkan kepada anaknya untuk membawa jasadnya ke tempat khusus.siapa yang mengurus jasadnya akan didoakan umur yang panjang, dan yang mau mengurus jasad Nabi Adam AS adalah Nabi Khidir AS.
2.Karena dulu Nabi Khidir AS itu telah meminum air kehidupan, di dalam suatu tafsir An-Nasafy menyebutkan , “bahwa Rasulullah SAW bersabda, ada seorang anak dari Sam bin Nuh AS telah meminum air kehidupan, lalu ia dapat hidup lama”. Maka pergilah Raja Zulkarnain bersama Nabi Khidir AS, untuk meminum air kehidupan. Namun yang berhasil meminumnya adalah Nabi khidir AS, sedangkan Raja Zulkarnain tidak berhasil menemui air kehidupan tsb.
3.Di dalam Kitab Shahih Muslim, Abu Said AlKudry berkata, “Telah bercerita baginda Rasulullah SAW tentang Dajjal, bahwa Dajjal datang di pinggir kota, lalu keluarlah seorang pemuda, dia adalah sebaik-baiknya manusia. Lalu pemuda itu berkata kepada Dajjal, “Aku bersaksi bahwa engkaulah Dajjal yang diceritakan kepada kami oleh Baginda Rasulullah SAW”. Di dalam Hadist itu Dajjal berkata, ” Apakah kamu percaya padaku bahwa aku adalah tuhan, sekiranya aku bunuh lelaki ini dan aku hidupkan kembali”. lalu Said berkata, “sewaktu mau dibunuh oleh Dajjal, anak ini tidak mati ( Kebal ), dialah yang bernama Khidir ” kata Abu Said Al-Qudry. Inilah Hadist Shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Jadi dari 3 faktor ini dapatlah kita jadikan petunjuk untuk membuktikan bahwa Khidir adalah seorang Nabi. Dari kisah Nabi khidir AS ini. Apakah ada yang ingin bertemu dengan beliau ? Asy-Syihk Abu Abdullah At-Tistari mengatakan bahwa barang siapa yang ingin bertemu dengan Nabi Khidir AS maka perbanyaklah pergi ke pengajian, karena sesungguhnya beliau memiliki kekayaan ilmu yang lebih daripada Ulama.
ASSALAMUALAIKUM WR-WB
Selamat Datang Di Blog Dayah Mulia... Blog aneuk dayah mulia.. semoga dengen blog nyoe tanyoe aneuk dayah mulia jeut tabagi-bagi informasi dan ilmu , dan bermamfaat bagi tanyoe bersama.
Hidup aneuk dayah mulia. "BEST ADaM" IS THE BEST
Sejarah Singkat Imam Bukhari
Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari
Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo’a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya “Islam in the Sivyet Union” (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia, Pakistan, India dan Cina.
Keluarga dan Guru Imam Bukhari
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara’ dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan “al-Waki”. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Kejeniusan Imam Bukhari
Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja “diputar-balikkan” untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.
Selain terkenal sebagai seorang ahli hadits, Imam Bukhari ternyata tidak melupakan kegiatan lain, yakni olahraga. Ia misalnya sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan sepanjang hidupnya, sang Imam tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunnah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya.
Karya-karya Imam Bukhari
Karyanya yang pertama berjudul “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab “At-Tarikh” (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, “Saya menulis buku “At-Tarikh” di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama”.
Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami’ ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al ‘Ilal, Raf’ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du’afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ As-Sahih.”
Dalam menghimpun hadits-hadits shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya.
Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: “Aku susun kitab Al Jami’ ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun.”
Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : “Ketika Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya.” Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : “Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya.”
Penelitian Hadits
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami’ as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, “perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam dari hal itu” sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan “Haditsnya diingkari”. Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya. Beliau berkata “Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan”.
Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan beliau “Saya telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.”
Disela-sela kesibukannya sebagai sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar memanah sampai mahir, bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput memanah kecuali dua kali.
Metode Imam Bukhari dalam Menulis Kitab Hadits
Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat dengan mereka.
Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami’ as-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi Muhammad saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong beliau untuk menulis kitab “Al-Jami ‘as-Shahih”.
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. “Saya susun kitab Al-Jami’ as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih”. Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.
Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Dengan bersungguh-sungguh ia meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana yang menurut pertimbangannya secara nalar paling shahih. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits lainnya. “Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini kecuali hadits-hadits shahih”, katanya suatu saat.
Di belakang hari, para ulama hadits menyatakan, dalam menyusun kitab Al-Jami’ as-Shahih, Imam Bukhari selalu berpegang teguh pada tingkat keshahihan paling tinggi dan tidak akan turun dari tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab.
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu’allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
Terjadinya Fitnah
Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya.” Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : “Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia.” Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.
Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: “Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz Al-Qur’an, makhluk ataukah bukan?” Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.
Tetapi orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: “Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid’ah.” Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : “Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah.” Di lain kesempatan, ia berkata: “Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur’an adalah makhluk, ia adalah pendusta.”
Wafatnya Imam Bukhari
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
ASSALAMUALAIKUM WR-WB Selamat Datang Di Blog Dayah Mulia... Blog aneuk dayah mulia.. semoga dengen blog nyoe tanyoe aneuk dayah mulia jeut tabagi-bagi informasi dan ilmu , dan bermamfaat bagi tanyoe bersama. Hidup aneuk dayah mulia. "BEST ADaM" IS THE BEST
Kisah Nabi Khaidir Antar Hidup dan Mati
Banyak kisah-kisah tentang Nabi Khidir yang ramai dibicarakan orang, banyak kontroversi tentang kemunculannya, sehingga hal itu mendorong rasa ingin tahu tentang hakikat sebenarnya.
Ada yang menyatakan Nabi Khidir masih hidup, adapula yang menyatakan Khidir sekarang berdiam di sebuah pulau, ada pula yang menyatakan bahwa setiap musim haji Nabi Khidir rutin mengunjungi padang Arafah. Entah khidir siapa dan yang mana? Tapi yang jelas begitulah khurafat dan takhayyul berkembang di tengah masyarakat kita. Lucunya, banyak pula orang-orang yang sangat mempercayai perkara-perkara tersebut.
Semua ini berpangkal dari kesalahpahaman mereka tentang hakekat Nabi Khidir. Terlebih lagi orang-orang ekstrim dari kalangan pengikut tarekat dan tasawwuf yang membumbui berbagai macam dongeng dan cerita bohong tentang Khidir. Sebagian di antara mereka, ada yang mengaku telah bertemu dengan Khidir, berbicara dengannya dan mendapat wasiat dan ilham darinya. Misalnya di tanah air kita ini, ada sebagian orang yang mengaku telah bertemu dengan Khidir dan mengambil bacaan-bacaan shalawat, wirid-wirid dan dzikir dari Khidir secara langsung, tanpa perantara, atau melalui mimpi. Bahkan adapula yang mengaku dialah Nabi Khidir -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Semua ini adalah keyakinan batil!!
Mengenai hidup atau wafatnya Khidir, orang-orang berselisih. Ada yang menyatakan dia masih hidup. Tetapi ada juga yang menyatakan bahwa dia telah lama meninggal berdasarkan dalil-dalil dari Al-Kitab dan Sunnah. Ini merupakan pendapat para Ahli Hadits. Karena, tidak ada satupun nash yang shahih, baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dapat dijadikan pegangan bahwa Khidir masih hidup. Bahkan banyak dalil yang menyatakan ia telah meninggal.
Jika kita mengadakan riset ilmiah, maka kita akan mendapatkan Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan bahwa Nabi Khidhir telah meninggal dunia.
Al-Allamah Ibnul Jauziy-rahimahullah- berkata, “Dalil yang menunjukkan bahwa Nabi Khidir sudah tidak ada di dunia adalah empat perkara; Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ (kesepakatan) ulama’ muhaqqiqin, dan dalil aqliy”. [Lihat Al-Manar Al-Munif (hal. 69)]
Di antaranya dalil-dalil itu:
Allah -Ta’ala- berfirman,
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُو
“Kami tidak menjadikan kehidupan abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal”. (QS.Al-Anbiya`: 34)
Imam Abul Faraj Abdur Rahman Ibnul Jauzy-rahimahullah- berkata, “Khidhir, jika dia itu seorang manusia, maka sungguh ia telah masuk dalam keumuman (ayat) ini tanpa ada keraguan. Seorang tidak boleh mengkhususkannya dari keumuman itu, kecuali dengan dalil yang shahih”. [Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/334), cet. Maktabah Al-Ma’arif]
Kemudian Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir-rahimahullah- menguatkan ucapan Ibnul Jauziy tadi seraya berkata, “Asalnya memang tidak boleh mengkhususkannya sampai dalil telah nyata. Sementara tidak disebutkan adanya dalil yang mengkhususkannya dari seorang yang ma’shum yang wajib diterima”. [Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/334), cet. Maktabah Al-Ma’arif ]
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا ءَاتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ ءَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman, “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab,“Kami mengakui”. Allah berfirman, “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. (QS. Al-Imran: 81)
Al-Hafizh Ibnu Katsir menukil dari Ibnu Abbas-radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata saat menafsirkan ayat ini, “Allah tidak mengutus seorang nabi di antara para nabi, kecuali Dia mengambil perjanjian padanya. Jika Allah mengutus Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam- sedang nabi itu hidup-, maka ia (nabi itu) betul-betul harus beriman kepada beliau, dan menolongnya”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (1/565)]
Jika Khidir masih hidup, tentunya ia tidak boleh menunda-nunda keimanannya kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Ia harus mengikuti Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, berjihad bersamanya dan menyampaikan dakwah beliau. Ini merupakan perjanjian Allah kepada seluruh para nabi dan rasul sebagaimana yang tersebut dalam QS. Al-Imran ayat 81 di atas.
Ini menunjukkan kepada kita bahwa wajib bagi seorang nabi dan rasul untuk menolong dan beriman kepada Rasulullah Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Bahkan Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- menegaskan bahwa andaikan Nabi Musa -’alaihis salam-, yang jauh lebih mulia dari Nabi Khidir masih hidup, maka ia harus mengikuti Nabi Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam- .
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لَوْ أَنَّ مُوْسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَّ أَنْ يَتَّبِعَنِيْ
“Andaikan Musa hidup, tentunya tidak mungkin baginya, kecuali harus mengikutiku”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/387), Ad-Darimiy dalam As-Sunan (1/115), Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (5/2), Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Al-Ilm (2/42), dan lainnya. Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Al-Irwa’ (1589)]
Sudah dimaklumi, tidak ada satu pun riwayat shahih ataupun hasan -yang dapat membuat jiwa tenang- menyebutkan bahwa Khidir pernah bertemu dengan Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, tidak pula pernah ikut bersama Rasulullah dalam berbagai peperangan.
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَا مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوْسَةٍ الْيَوْمَ تَأْتِي عَلَيْهَا مِائَةُ سَنَةٍ وَهِيَ حَيَّةٌ يَوْمَئِذٍ
“Tidak ada satu jiwa pun yang hidup pada hari ini telah lewat 100 tahun, sedang ia hidup pada hari itu”. [HR. Muslim dalam Shahih- nya (4/1966)]
Allamah Ibnu Baththal-rahimahullah- berkata menerangkan makna hadits ini, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya memaksudkan bahwa dalam jangka waktu ini suatu generasi telah punah”. [Lihat Fathul Bari (1/256) karya Al-Hafizh Ibnu Hajar]
Al-Imam Abu Abdillah Al-Qurthubiy-rahimahullah- berkata dalam Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (11/41), “Sesungguhnya hadits ini termasuk dalil yang memutuskan tentang kematian Nabi Khidir sekarang”.
Andaikan Nabi Khidir masih hidup, tentu ia akan datang kepada Nabi Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk menyatakan keislamannya dan akan menolong beliau dalam berdakwah dan berperang membela Islam. Tidak mungkin ada seorang Nabi pun yang masih hidup, lantas tidak datang kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk berbai’at, menyatakan keislamannya, dan berjihad bersama beliau.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
اَللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكَ هَذِهِ الْعِصَابَةُ لاَ تُعْبَدْ فِيْ اْلأَرْضِ
“Ya Allah, jika pasukan ini hancur, maka engkau tidak akan disembah lagi dimuka bumi”. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Jihad, Bab: Al-Imdad bil Mala’ikah fi Ghazwah Badr (3/1383)]
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim Al-Harraniy-rahimahullah- berkata ketika ditanya tentang hadits di atas, “Andaikan Khidir masih hidup, maka wajib baginya untuk datang kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan berjihad di hadapannya, serta belajar dari beliau (Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-). Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda dalam perang Badar, “Ya Allah, jika pasukan ini hancur, maka engkau tidak akan disembah lagi dimuka bumi”. Pasukan kaum muslimin waktu itu sebanyak 313 personil. Telah dikenal nama mereka, nama orang tua, dan qabilah mereka. Lantas dimanakah Khidir pada saat itu?” [Lihat Al-Manar Al-Munif (hal. 68)]
Adapun dalil-dalil berupa hadits-hadits marfu’, dan mauquf yang menyebutkan tentang hidupnya Nabi Khidir sampai hari ini, maka hadits-hadits itu lemah, bahkan palsu, tidak bisa dijadikan hujjah dan dalil dalam menetapkan hukum, apalagi keyakinan (aqidah).
Al-Imam Ibrahim bin Ishaq Al-Harbiy -rahimahullah- berkata, “Tidak ada yang menyebarkan berita-berita seperti ini (yakni tentang hidupnya Khidir) di antara manusia, kecuali setan”. [Lihat Al-Maudhu’at (1/199) dan Ruh Al-Ma’aniy (15/321) karya Al-Alusiy]
Ibnul Munadiy berkata,“Aku telah mengadakan riset tentang hidupnya Khidir, apakah ia masih ada ataukah tidak, maka tiba-tiba kebanyakan orang-orang bodoh tertipu bahwa ia masih hidup karena hadits-hadits (lemah) yang dirwayatkan dalam hal tersebut”. [Lihat Az-Zahr (hal. 38)]
Ibnul Jauziy setelah membawakan beberapa hadits tentang hidupnya Nabi Khidir berkata, “Hadits-hadits ini adalah batil”. [Lihat Al-Maudhu’at (1/195-197)]
Al-Hafizh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah-rahimahullah- berkata, “Hadits-hadits yang disebutkan di dalamnya tentang Khidir, dan hidupnya, semuanya adalah dusta (palsu). Tidak shahih satu hadits pun tentang hidupnya Nabi Khidir”. [Lihat Al-Manar Al-Munif (hal. 67)]
Seorang ulama Syafi’iyyah, Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata setelah membawakan hadits dan kisah tentang hidupnya Khidir, “Riwayat-riwayat, dan hikayat-hikayat ini merupakan sandaran orang yang berpendapat tentang hidupnya Nabi Khidir sampai hari ini. Semua hadits-hadits yang marfu’ ini adalah dha’if jiddan (lemah sekali), tidak bisa dijadikan hujjah dalam urusan agama”. [Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/334)]
Abul Khaththab Ibnu Dihyah Al-Andalusiy-rahimahullah- berkata, “Tidak terbukti tentang pertemuan Nabi Khidir bersama dengan seorang nabi, kecuali bersama Musa, sebagaimana Allah -Ta’ala- telah kisahkan tentang berita keduanya. Semua berita tentang hidupnya tak ada yang shahih sedikitpun berdasarkan kesepakatan para penukil hadits (ahli hadits). Hal itu hanyalah disebutkan oleh orang yang meriwayatkan berita tersebut, dan tidak menyebutkan penyakitnya, entah karena ia tidak mengetahuinya, atau karena jelasnya penyakit berita tersebut di sisi para ahli hadits”. [Lihat Az-Zahr An-Nadhir (hal. 32)]
Inilah beberapa dalil, dan komentar para ulama, semuanya menyatakan Nabi Khidir tidak hidup lagi atau sudah meninggal.Nyatalah kebatilan orang yang mengaku bertemu dengan Nabi Khidir untuk menerima ajaran di luar ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Bagaimana mungkin Khidir mengajarkan suatu ajaran di luar syari’at Nabi Muhammad -Shalallahu ‘alaihi wasallam-??! Itu pasti bukan Nabi Khidir,
Kisah Nabi Khaidir Antar Hidup dan Mati
Banyak kisah-kisah tentang Nabi Khidir yang ramai dibicarakan orang, banyak kontroversi tentang kemunculannya, sehingga hal itu mendorong rasa ingin tahu tentang hakikat sebenarnya.
Ada yang menyatakan Nabi Khidir masih hidup, adapula yang menyatakan Khidir sekarang berdiam di sebuah pulau, ada pula yang menyatakan bahwa setiap musim haji Nabi Khidir rutin mengunjungi padang Arafah. Entah khidir siapa dan yang mana? Tapi yang jelas begitulah khurafat dan takhayyul berkembang di tengah masyarakat kita. Lucunya, banyak pula orang-orang yang sangat mempercayai perkara-perkara tersebut.
Semua ini berpangkal dari kesalahpahaman mereka tentang hakekat Nabi Khidir. Terlebih lagi orang-orang ekstrim dari kalangan pengikut tarekat dan tasawwuf yang membumbui berbagai macam dongeng dan cerita bohong tentang Khidir. Sebagian di antara mereka, ada yang mengaku telah bertemu dengan Khidir, berbicara dengannya dan mendapat wasiat dan ilham darinya. Misalnya di tanah air kita ini, ada sebagian orang yang mengaku telah bertemu dengan Khidir dan mengambil bacaan-bacaan shalawat, wirid-wirid dan dzikir dari Khidir secara langsung, tanpa perantara, atau melalui mimpi. Bahkan adapula yang mengaku dialah Nabi Khidir -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Semua ini adalah keyakinan batil!!
Mengenai hidup atau wafatnya Khidir, orang-orang berselisih. Ada yang menyatakan dia masih hidup. Tetapi ada juga yang menyatakan bahwa dia telah lama meninggal berdasarkan dalil-dalil dari Al-Kitab dan Sunnah. Ini merupakan pendapat para Ahli Hadits. Karena, tidak ada satupun nash yang shahih, baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dapat dijadikan pegangan bahwa Khidir masih hidup. Bahkan banyak dalil yang menyatakan ia telah meninggal.
Jika kita mengadakan riset ilmiah, maka kita akan mendapatkan Al-Qur’an dan Sunnah menjelaskan bahwa Nabi Khidhir telah meninggal dunia.
Al-Allamah Ibnul Jauziy-rahimahullah- berkata, “Dalil yang menunjukkan bahwa Nabi Khidir sudah tidak ada di dunia adalah empat perkara; Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ (kesepakatan) ulama’ muhaqqiqin, dan dalil aqliy”. [Lihat Al-Manar Al-Munif (hal. 69)]
Di antaranya dalil-dalil itu:
Allah -Ta’ala- berfirman,
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُو
“Kami tidak menjadikan kehidupan abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal”. (QS.Al-Anbiya`: 34)
Imam Abul Faraj Abdur Rahman Ibnul Jauzy-rahimahullah- berkata, “Khidhir, jika dia itu seorang manusia, maka sungguh ia telah masuk dalam keumuman (ayat) ini tanpa ada keraguan. Seorang tidak boleh mengkhususkannya dari keumuman itu, kecuali dengan dalil yang shahih”. [Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/334), cet. Maktabah Al-Ma’arif]
Kemudian Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir-rahimahullah- menguatkan ucapan Ibnul Jauziy tadi seraya berkata, “Asalnya memang tidak boleh mengkhususkannya sampai dalil telah nyata. Sementara tidak disebutkan adanya dalil yang mengkhususkannya dari seorang yang ma’shum yang wajib diterima”. [Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/334), cet. Maktabah Al-Ma’arif ]
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا ءَاتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ ءَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman, “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab,“Kami mengakui”. Allah berfirman, “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. (QS. Al-Imran: 81)
Al-Hafizh Ibnu Katsir menukil dari Ibnu Abbas-radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata saat menafsirkan ayat ini, “Allah tidak mengutus seorang nabi di antara para nabi, kecuali Dia mengambil perjanjian padanya. Jika Allah mengutus Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam- sedang nabi itu hidup-, maka ia (nabi itu) betul-betul harus beriman kepada beliau, dan menolongnya”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (1/565)]
Jika Khidir masih hidup, tentunya ia tidak boleh menunda-nunda keimanannya kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Ia harus mengikuti Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, berjihad bersamanya dan menyampaikan dakwah beliau. Ini merupakan perjanjian Allah kepada seluruh para nabi dan rasul sebagaimana yang tersebut dalam QS. Al-Imran ayat 81 di atas.
Ini menunjukkan kepada kita bahwa wajib bagi seorang nabi dan rasul untuk menolong dan beriman kepada Rasulullah Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Bahkan Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- menegaskan bahwa andaikan Nabi Musa -’alaihis salam-, yang jauh lebih mulia dari Nabi Khidir masih hidup, maka ia harus mengikuti Nabi Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam- .
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لَوْ أَنَّ مُوْسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَّ أَنْ يَتَّبِعَنِيْ
“Andaikan Musa hidup, tentunya tidak mungkin baginya, kecuali harus mengikutiku”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/387), Ad-Darimiy dalam As-Sunan (1/115), Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (5/2), Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Al-Ilm (2/42), dan lainnya. Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Al-Irwa’ (1589)]
Sudah dimaklumi, tidak ada satu pun riwayat shahih ataupun hasan -yang dapat membuat jiwa tenang- menyebutkan bahwa Khidir pernah bertemu dengan Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, tidak pula pernah ikut bersama Rasulullah dalam berbagai peperangan.
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَا مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوْسَةٍ الْيَوْمَ تَأْتِي عَلَيْهَا مِائَةُ سَنَةٍ وَهِيَ حَيَّةٌ يَوْمَئِذٍ
“Tidak ada satu jiwa pun yang hidup pada hari ini telah lewat 100 tahun, sedang ia hidup pada hari itu”. [HR. Muslim dalam Shahih- nya (4/1966)]
Allamah Ibnu Baththal-rahimahullah- berkata menerangkan makna hadits ini, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hanya memaksudkan bahwa dalam jangka waktu ini suatu generasi telah punah”. [Lihat Fathul Bari (1/256) karya Al-Hafizh Ibnu Hajar]
Al-Imam Abu Abdillah Al-Qurthubiy-rahimahullah- berkata dalam Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (11/41), “Sesungguhnya hadits ini termasuk dalil yang memutuskan tentang kematian Nabi Khidir sekarang”.
Andaikan Nabi Khidir masih hidup, tentu ia akan datang kepada Nabi Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk menyatakan keislamannya dan akan menolong beliau dalam berdakwah dan berperang membela Islam. Tidak mungkin ada seorang Nabi pun yang masih hidup, lantas tidak datang kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- untuk berbai’at, menyatakan keislamannya, dan berjihad bersama beliau.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
اَللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكَ هَذِهِ الْعِصَابَةُ لاَ تُعْبَدْ فِيْ اْلأَرْضِ
“Ya Allah, jika pasukan ini hancur, maka engkau tidak akan disembah lagi dimuka bumi”. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Jihad, Bab: Al-Imdad bil Mala’ikah fi Ghazwah Badr (3/1383)]
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim Al-Harraniy-rahimahullah- berkata ketika ditanya tentang hadits di atas, “Andaikan Khidir masih hidup, maka wajib baginya untuk datang kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan berjihad di hadapannya, serta belajar dari beliau (Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-). Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda dalam perang Badar, “Ya Allah, jika pasukan ini hancur, maka engkau tidak akan disembah lagi dimuka bumi”. Pasukan kaum muslimin waktu itu sebanyak 313 personil. Telah dikenal nama mereka, nama orang tua, dan qabilah mereka. Lantas dimanakah Khidir pada saat itu?” [Lihat Al-Manar Al-Munif (hal. 68)]
Adapun dalil-dalil berupa hadits-hadits marfu’, dan mauquf yang menyebutkan tentang hidupnya Nabi Khidir sampai hari ini, maka hadits-hadits itu lemah, bahkan palsu, tidak bisa dijadikan hujjah dan dalil dalam menetapkan hukum, apalagi keyakinan (aqidah).
Al-Imam Ibrahim bin Ishaq Al-Harbiy -rahimahullah- berkata, “Tidak ada yang menyebarkan berita-berita seperti ini (yakni tentang hidupnya Khidir) di antara manusia, kecuali setan”. [Lihat Al-Maudhu’at (1/199) dan Ruh Al-Ma’aniy (15/321) karya Al-Alusiy]
Ibnul Munadiy berkata,“Aku telah mengadakan riset tentang hidupnya Khidir, apakah ia masih ada ataukah tidak, maka tiba-tiba kebanyakan orang-orang bodoh tertipu bahwa ia masih hidup karena hadits-hadits (lemah) yang dirwayatkan dalam hal tersebut”. [Lihat Az-Zahr (hal. 38)]
Ibnul Jauziy setelah membawakan beberapa hadits tentang hidupnya Nabi Khidir berkata, “Hadits-hadits ini adalah batil”. [Lihat Al-Maudhu’at (1/195-197)]
Al-Hafizh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah-rahimahullah- berkata, “Hadits-hadits yang disebutkan di dalamnya tentang Khidir, dan hidupnya, semuanya adalah dusta (palsu). Tidak shahih satu hadits pun tentang hidupnya Nabi Khidir”. [Lihat Al-Manar Al-Munif (hal. 67)]
Seorang ulama Syafi’iyyah, Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata setelah membawakan hadits dan kisah tentang hidupnya Khidir, “Riwayat-riwayat, dan hikayat-hikayat ini merupakan sandaran orang yang berpendapat tentang hidupnya Nabi Khidir sampai hari ini. Semua hadits-hadits yang marfu’ ini adalah dha’if jiddan (lemah sekali), tidak bisa dijadikan hujjah dalam urusan agama”. [Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/334)]
Abul Khaththab Ibnu Dihyah Al-Andalusiy-rahimahullah- berkata, “Tidak terbukti tentang pertemuan Nabi Khidir bersama dengan seorang nabi, kecuali bersama Musa, sebagaimana Allah -Ta’ala- telah kisahkan tentang berita keduanya. Semua berita tentang hidupnya tak ada yang shahih sedikitpun berdasarkan kesepakatan para penukil hadits (ahli hadits). Hal itu hanyalah disebutkan oleh orang yang meriwayatkan berita tersebut, dan tidak menyebutkan penyakitnya, entah karena ia tidak mengetahuinya, atau karena jelasnya penyakit berita tersebut di sisi para ahli hadits”. [Lihat Az-Zahr An-Nadhir (hal. 32)]
Inilah beberapa dalil, dan komentar para ulama, semuanya menyatakan Nabi Khidir tidak hidup lagi atau sudah meninggal.Nyatalah kebatilan orang yang mengaku bertemu dengan Nabi Khidir untuk menerima ajaran di luar ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Bagaimana mungkin Khidir mengajarkan suatu ajaran di luar syari’at Nabi Muhammad -Shalallahu ‘alaihi wasallam-??! Itu pasti bukan Nabi Khidir,
ASSALAMUALAIKUM WR-WB
Selamat Datang Di Blog Dayah Mulia... Blog aneuk dayah mulia.. semoga dengen blog nyoe tanyoe aneuk dayah mulia jeut tabagi-bagi informasi dan ilmu , dan bermamfaat bagi tanyoe bersama.
Hidup aneuk dayah mulia. "BEST ADaM" IS THE BEST
ISI DARI PADA KITAB KARANGAN SYECH ABDUL RAUF AL-SINGKILY (SYIAH KUALA)
Bismillahirrahmanirrahim...
Nakal dari pada Asyih Abdul Rauf Fansury (Syiah Kuala) : Senat 1200 Hijriah.
Nakal dari pada Asyih Abdul Rauf Fansury (Syiah Kuala) : Senat 1200 Hijriah.
- Bahwa lebih kurang dalam tahun 1260 Hijriah negeri Aceh akan ditimpa bala bencana.
- Bahwa dalam tahun 1320 Hijriah Aceh akan dikalahkan oleh kerajaan Ba yang datang dia dari pihak barat.
- Bahwa beberapa lama kemudian (lebih kurang) 45 musim kerajaan Ba dikalahkan oleh kerajaan Jim yang datang ia dari pihak matahari terbit.
- Bahwa lebih kurang Empat musim kerajaaan Jim menguasai Aceh tiba-tiba ia keluar secepat mata karena ia dikalahkan oleh Peuraja ‘Ajam, Peuraja Gajah, Peuraja Cagee, Peuraja Singa dan barang sebagainya.
- Setelah kerajaan Jim keluar maka negeri Aceh dan negeri di bawah angin lainnya atas usaha isi negeri itu akan berdiri satu kerajaan yang menaklukkan negeri Aceh dan negeri di bawah angin lainnya bernama kerajaan itu berawal dengan huruf Alif dan berakhir dengan huruf Jim.
- Kerajaan itu akan berdiri sampai kuat, akan tetapi negeri haru-hara banyak bertumpah darah, rakyat banyak mudarat kehidupannya susah, perdagangan mahal, pakaiaan dan makanan mahal, yang pandai tutup mulut. orang besar-besar banyak dusta, semua rakyat berpaling muka pada pembesar-pembesar itu, perampasan terjadi ditiap-tiap simpang, tidak bersenjata dan banyak orang pada masa itu sangat suka pada merah dan kuning dengan menanti yang tidak mengaku Allah dan bermusuh dengan agama yang ada di atas bumi ini.
- Bahwa pada waktu itu ummat Islam banyak tersesat karena kurang ilmu, kurang amal, lemah iman, banyak dausa, ketika itu banyak ummat Islam meninggalkan mazhab yang Empat dan membuat mazhab ke Lima dan itu lah tanda haru-hara, dan kutuk dan bala.
- Manusia pada waktu itu banyak membuang adat istiadat sendiri dan memakai adat istiadat orang lain dan pada masa itu lah manusia telah banyak meninggalkan Syariat nabi Muhammad Salaullahu ‘Alaihi Wassalam dan mengkafirkan ‘Itiqad Ahlul Shunnah Waljama’ah dan pada waktu itu lah orang negeri banyak mengikut huruf Enam dan ada juga yang suka kepada huruf garis Fa, Kaf, Jim, atau sama denganKaf, Mim, Jim, Nun dan Sin. Mereka itu tidak mengaku ada Tuhan Rabbal ‘Alamin.
- Bahwa nanti akan datang pada suatu masa rakyat akan bangkit dengan amarahnya seperti api berbara, bermaksud membela negeri dan bermaksud hendak melepaskan diri dari kuning dan merah, dan barang sebagainya. Akan tetapih kelakuaannya bermacam-macam ragam dan pada akhirnya yang memindahkan kuning dan merah itu lah yang menang, yakni golongan yang tidak suka kepada pekerjaan atau perbuatan yang salah serta berdirilah agama menurut Ahlul Shunnah Waljama’ahyang bermajhab dengan majhab dari majhab yang Empat. Negeri aman, damai, adil, makmur seperti dahulu kala, yakni akan menang orang-orang yang berimanWassalam Wahasunal Khitam ‘Allaman Attabi’ul Huda Wallahu ‘Allam Bissawab.
Langganan:
Postingan
(Atom)
Akhirul Kalam
Trimong geunaseh ats kunjungan ureung dron ke dalam blog nyoe. Semoga blog DAYAH MULIA nyoe bermamfaat bagi ureung dron bandum. Amin...!
Diberdayakan oleh Blogger.
Category
Wikipedia
Hasil penelusuran
Join US on Facebook
Nyoe adalah Posted Geutanyoe bersama. Jadi dijaga bersama. Semoga bermamfaat.
Total Tayangan Halaman
MOST RECENT
laba2
Foto Bersama
About Me
- Rahmad
- Lon Aneuk Teupin Batee.. Lahe Pada 10-12-1993 Di teupin Batee... Natupat Teupin Batee???