Kamis, 12 Juni 2014
ASSALAMUALAIKUM WR-WB
Selamat Datang Di Blog Dayah Mulia... Blog aneuk dayah mulia.. semoga dengen blog nyoe tanyoe aneuk dayah mulia jeut tabagi-bagi informasi dan ilmu , dan bermamfaat bagi tanyoe bersama.
Hidup aneuk dayah mulia. "BEST ADaM" IS THE BEST
Bersedakah Di Masjid Berbuah Terbebasnya Hutang
Salmah tahu, Allah akan menggantikan berlipat-lipat dari yang ia sumbangkan. Ia sangat percaya, janji Allah itu benar dan pasti akan ditepati. Nuraninya demikian kuat. Meski sebenarnya ia ingin membuktikan, apakah benar Allah akan menggantinya dengan jumlah berlipat-lipat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar…! Suara adzan isya di bulan Ramadhan 1430 H menggema di seluruh kawasan pusat kota Lhokseumawe. Lebih nyaring dan keras terdengar oleh Salmah, yang baru saja pulang bekerja. Ya, suara adzan adalah hiburan lima kali sehari yang selalu terdengar oleh Salmah, seorang gadis yang ngekos di salah satu sudut kampung di Kawasan Simpang Empat,Kota Lhokseumawe. Letak rumah kosnya dengan masjid Islamic Center tidak begitu jauh . Sehingga apa pun kegiatan yang ada di masjid, hampir dipastikan Salmah bisa mendengarnya.
Malam itu, setelah pulang kerja, dengan tergesa-gesa ia membersihkan tubuhnya, berbuka dengan segelas teh hangat dan sepotong kue, ia pun menyambar mukenanya. Shalat Maghrib sudah ia laksanakan di kantornya. Tidak lupa ia mengambil uang lima ribuan dari dompet warna cokelat yang sudah diperkirakan berusia delapan tahun.
“Ah, masa’, nyumbang ke masjid selama ini cuma seribu-dua ribu. Itu pun sisa-sisa uang receh ongkos naik angkot. Mulai sekarang setiap hari aku akan nyumbang minimal lima ribu,” ujarnya dalam hati berjanji, sambil memasukkan uang dalam kantung gamisnya.
Entah kesadaran dari mana, yang pasti, Salmah merasa ada ketidakadilan masyarakat sekitarnya, terutama di lingkungan rumah kosnya. Terutama soal sumbang-menyumbang ke masjid, yang biasanya ada kotak amal yang beredar ke jama’ah shalat Tarawih. Salmah memperhatikan, ibu-ibu memasukkan sumbangan ke kotak amal jariyah berupa uang receh, atau seribuan kucel.
Lalu, hasil sumbangan dari kotak amal jariyah itu setiap malam diumumkan oleh petugas masjid. Jumlahnya memang selalu bertambah, tapi seringnya tidak lebih dari seratus ribu setiap malam.
Salmah, yang ternyata belakangan sering memperhatikan jumlah saldo masjid, dari hari ke hari menjadi miris. Mengapa jama’ah masjid yang sebagian besar rumahnya bagus-bagus tidak menyumbang lebih banyak? Termasuk dirinya?! Meskipun hanya anak kos, sebenarnya ia mampu menyumbang lebih banyak, karena ia bekerja di perusahaan asing, apalagi di bulan Ramadhan, yang penuh berkah.
***
Ramadhan 1431 H, Salmah masih dengan kegiatannya seperti tahun lalu. Pulang kerja, ia bersiap untuk Tarawih di masjid samping kosnya. Alhamdulillah ada kemajuan dengan masjid tersebut saat itu. Sudah beberapa bulan belakangan, masjid itu mulai dibangun kembali. Meski terlihat rampung sekitar 50 persen, masjid masih bisa digunakan untuk shalat Tarawih warga sekitar.
Kegiatan sumbangan dengan kotak amal masih tetap berlangsung seperti tahun sebelumnya. Diedarkan, kemudian diumumkan berapa sumbangan yang diterima masjid malam itu. Salmah masih setia menyumbang lima ribu rupiah setiap malam saat Tarawih.
Namun Tarawih tahun ini, Salmah merasakan lebih nyaman berada di masjid itu. Meski kubahnya belum selesai, kebersihan masjid membuatnya betah dan bersemangat shalat Tarawih.
Hatinya tersentuh melihat pembangunan masjid itu belum juga selesai. Ia pun tersadar, pembangunan masjid tersebut tentunya membutuhkan biaya banyak dari jama’ahnya. Maka ia pun berjanji, malam Tarawih besoknya ia akan menyumbang lebih banyak. Apalagi ia tahu, Allah akan menggantikan berlipat-lipat dari yang disumbangkan. Ia sangat percaya, janji Allah itu benar dan pasti akan ditepati. Nuraninya demikian kuat. Meski sebenarnya ia ingin membuktikan, apakah benar Allah akan menggantinya dengan jumlah berlipat-lipat.
Malam Tarawih berikutnya, Salmah menyelipkan uang seratus ribuan warna merah ke dalam kantung gamisnya. Saat kotak amal diedarkan di depannya, ia memasukkan uang itu dengan menutupkan tangannya, berharap jama’ah ibu-ibu yang lain tidak melihatnya. Dalam hati Salmah berkata, “Aku ingin hanya Allah dan aku yang tahu berapa rupiah uang yang aku sumbangkan. Ya Allah, aku percaya, engkau akan mengganti uang ini hingga berkali-kali lipat.” Lalu, “Bismillahirrahmanirrahim…,” ucapnya dalam hati sambil memasukkan uang seratus ribuan itu.
Dalam sejarah hidupnya, ia sama sekali tidak pernah menyumbang demikian banyak. Selain pemahaman agama yang terbilang masih minim, dalam kehidupan sehari-hari ia melihat bahwa menyumbang itu, ya, sekadarnya, bahkan sisa-sisa uang receh. Tidak termasuk dalam rencana anggaran keuangannya.
Namun, meski hatinya seratus persen ikhlas menyumbang untuk renovasi masjid, dalam lubuk hati paling dalam ia berharap bahwa Allah akan membalasnya.
“Apalagi di bulan Ramadhan ini, amal seseorang pahalanya akan berkali-kali lipat. Semoga saja amalku ini terus mengalir hingga aku telah meninggal kelak,” katanya dalam hati. Salmah mengetahui, amal seseorang tidak akan terputus hingga dia meninggal dengan adanya tiga perkara, seperti yang ia dapat dari pengajian.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Jika anak Adam meninggal, amalnya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shalih yang berdoa untuk orangtuanya.’’ (HR Muslim).
Nah, Salmah ingin mendapatkan salah satu dari tiga perkara itu, yaitu sedekah jariyah.
***
Bulan Ramadhan 1431 H pun berlalu, Salmah seperti biasa melakukan kegiatan sehari-hari dan rutinitasnya. Berdesak-desakan di bus untuk mencapai tempat kerjanya yang terletak di kawasan elite.
Beda dari biasanya, setiap hari Salmah dengan rajin mengumpulkan sisa-sisa uang kembalian naik bus dan angkot di kantung khusus. Ya, dalam hati ia berjanji dalam sehari ia harus bisa memberi kepada orang-orang yang membutuhkan. Meskipun cuma seribu sehari.
Hingga pada saatnya, ia harus ke rumah salah satu saudaranya, tempat ia meminjam uang beberapa bulan sebelum bulan Ramadhan.
Terbayang olehnya, waktu itu ia ingin membeli rumah di kawasan pinggir kota Lhokseumawe yang terbilang cukup murah. Saat akad kredit, ternyata uang mukanya, Rp 5 juta, harus lunas lebih dulu. Padahal, waktu itu pihak pengembang bilang bahwa uang muka bisa dicicil. Salmah menyangka, uang muka dicicil setiap bulan, sehingga agak ringan. Dari penghasilan per bulannya ia mengkalkulasi bisa membayar uang muka rumah tersebut. Namun, uang muka dicicil ya, pembayarannya beberapa kali, tapi dalam satu bulan. Sedangkan tanggal kapan akad kreditnya ditentukan oleh pihak pengembang.
Salmah pun kelimpungan, karena tanggal akad kredit sudah ditentukan sedangkan uang muka belum lunas. Tidak mungkin ia mundur begitu saja, karena sebagian uang muka dan uang tanda jadi sudah masuk ke pengembang. Kalau ia mundur, uang begitu saja akan hangus dan pembeli yang lain sudah antre siap menggantikannya. Jalan keluarnya, ia akhirnya pinjam kepada saudaranya, Siska, saudara dari pihak kakek dari ibunya.
Alhamdulillah, pinjaman itu Salmah dapatkan. Tentu dengan perjanjian, Salmah akan membayar secara bertahap setiap bulan. Itu pun jika Salmah sudah siap, maksudnya tidak harus mulai kapan. Jika keuangan Salmah longgar, ia akan membayar. Sangat fleksibel saudaranya itu memberikan kelonggaran waktu pembayaran kepadanya.
Hingga saatnya, Salmah menemui saudaranya itu untuk membayar cicilan pertama kalinya. Ia merasa, bulan itu ada pemasukan lumayan, sehingga ia bertekad mencicil membayar utangnya. Saat sudah bertemu dan mengobrol, giliran Salmah akan membayarkan utangnya, apa jawaban saudaranya itu?
“Sudahlah, Mbak, tidak usah dibayar, uang itu saya hadiahkan saja buat Mbak. Mbak kan ingin punya rumah sendiri? Mudah-mudahan uang segitu bisa membantu, ya…,” ujar Siska lembut.
“Alhamdulillah…. Tapi beneran nih, Mbak?” tanya Salmah setengah tidak percaya.
Siska mengangguk dengan mata berbinar. Tampaknya ia juga sangat senang bisa membuat saudaranya itu demikian gembira dan penuh syukur.
“Ya Allah, semoga rizqi Mbak Siska makin bertambah, makin berkah, ya, Mbak…,” doa Salmah sambil mengulurkan tangan bersalaman dan memeluk erat Siska.
Sampai di rumah, Salmah merenung. Allah demikian mudahnya membolak-balikkan hati hamba-Nya. Membalikkan hati saudaranya itu untuk membebaskan utangnya begitu saja. Tanpa syarat.
“Mungkinkah ini jawaban Allah atas apa yang aku lakukan di bulan puasa beberapa bulan lalu? Ya, Allah… benar, ini benar-benar terjadi. Mana mungkin ini bukan campur tangan-Mu?” Salmah pun ingat dengan uang seratus ribu yang ia sumbangkan ke masjid. Sang Penguasa Alam benar-benar telah menjawab, menepati janji-Nya, membuktikan bahwa janji-Nya itu adalah benar.
Allah, pemilik alam semesta, memperlihatkan kebesaran-Nya. Allah mengganti uang seratus ribu itu dengan berkali-kali lipat. Bayangkan, uang 100 ribu diganti menjadi 5 juta. Jadi, bila dilipatgandakan, Allah telah mengganti hingga 50 kali lipat. Ya, 100.000 x 50 = 5.000.000! Tidak lama setelah Ramadhan berlalu.
Salmah berkali-kali mengucapkan syukur, sekaligus beristighfar, karena ia sebenarnya saat itu masih ingin membuktikan apakah Allah benar-benar akan membalas sedekahnya, apakah Allah benar-benar akan menggantinya.
Tak terasa air bening mengalir di pipinya. Berkali-kali ia memohon ampun, karena dirinya sempat meragukan janji Allah SWT.
“Ya Allah, ampunilah hamba-Mu yang dhaif ini. Sebenarnya berapa pun Engkau sanggup memberikan balasan kepada hamba-Mu dengan berlipat-lipat sesuai kehendak-Mu. Hanya Engkau yang tahu kebutuhan hamba. Terima kasih, ya, Allah….”(TS)
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
Akhirul Kalam
Trimong geunaseh ats kunjungan ureung dron ke dalam blog nyoe. Semoga blog DAYAH MULIA nyoe bermamfaat bagi ureung dron bandum. Amin...!
Diberdayakan oleh Blogger.
Category
Wikipedia
Hasil penelusuran
Join US on Facebook
Nyoe adalah Posted Geutanyoe bersama. Jadi dijaga bersama. Semoga bermamfaat.
Total Tayangan Halaman
MOST RECENT
laba2
Foto Bersama
About Me
- Rahmad
- Lon Aneuk Teupin Batee.. Lahe Pada 10-12-1993 Di teupin Batee... Natupat Teupin Batee???
0 komentar:
Posting Komentar